Peristiwa tsunami 17 Juli 2006 silam menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Pangandaran akan pentingnya sikap sadar bencana. Wilayah yang memiliki garis pantai sepanjang 91 kilometer ini, tercatat menduduki peringkat ketiga wilayah rawan bencana tsunami di Indonesia.
Anak-anak usia 0 hingga 9 tahun menjadi usia rentan terkena dampak bencana. Selain minim pengetahuan tentang penyelamatan diri, kemampuan fisik mereka juga sangat terbatas. Hal inilah yang kemudian mendorong Pusat Pengendalian Operasional (Pusdalops) Penanggulangan Bencana Kabupaten Pangandaran membuat program edukasi kebencanaan untuk anak-anak.
Program itu kemudian diberi nama Wisata Edukasi Bencana Goes To School (WEB GTS). Pusdalops Kabupaten Pangandaran yang baru beroperasi di awal tahun 2017 ini nampaknya membawa perubahan positif dalam penanganan kebencanaan di Kabupaten Pangandaran. Mengikuti trend masyarakat, Pusdalops PB memanfaatkan jaringan media sosial untuk memudahkan dalam berkomunikasi dan memberikan informasi kebencanaan kepada masyarakat.
Hingga September 2017, sudah tujuh bulan program inovasi mitigasi kebencanaan ini berjalan, nyaris tanpa bantuan anggaran dari pemerintah. Kegiatan sepenuhnya didasari ketulusan, semangat mengabdi dan panggilan jiwa para relawan Pusdalops PB Kabupaten Pangandaran yang bermarkas di Kantor Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kabupaten Pangandaran. Namun demikian, dibawah komando Manager Pusdalops Kabupaten Pangandaran Nana Sukarna, Tim WEB GTS sudah mendidik siswa sebanyak 1.080 orang di 21 Sekolah Dasar yang tersebar di Kabupaten Pangandaran.
“WEB GTS ini merupakan salah satu upaya pembentukan karakter masa depan bangsa, masyarakat yang tangguh menghadapi bencana dan menjadi gerakan pengurangan risiko bencana,” ujar Nana Sukarna, Manager Pusdalops PB Kabupaten Pangandaran. Dikatakannya, sekolah maupun siswa tidak dibebani biaya, mereka cukup mendaftarkan diri, kemudian menunggu agenda untuk dikunjungi tim WEB GTS Pusdalops PB Kabupaten Pangandaran.
Pria yang akrab dipanggil Una ini menjelaskan, anak-anak selama ini dianggap kelompok pasif dan rentan terhadap bencana. Padahal, dengan dukungan pengetahuan yang cukup dan lingkungan yang mendukung, anak-anak potensial menjadi agen yang mampu melakukan penyelamatan mandiri. “Bahkan bisa ikut berperan dalam menciptakan budaya masyarakat sadar bencana. Kemudian setelah dewasa, mereka juga bisa meneruskan pengetahuan kepada generasi berikutnya,” kata dia.
Kegiatan edukasi kebencanaan sendiri disampaikan melalui metode khusus dengan konsep petualangan mengenal bencana. Hal ini dilakukan agar anak-anak merasa senang dan gembira, namun mampu dengan mudah memahami pengetahuan kebencanaan yang disampaikan.
“Anak-anak diperkenalkan dengan jenis-jenis bencana, berikut cara penanganan dan tindakan preventif menghadapi bencana. Kemudian, diperkenalkan juga peralatan kebencanaan. Mereka lalu kita ajak melihat film edukasi bencana yang sudah kita kemas menjadi tontongan ringan dalam bentuk film kartun,” ungkapnya.
Di sesi akhir kegiatan, anak-anak diajak bermain outbond kebencanaan. “Kami ingin menanamkan kesadaran bencana kepada anak-anak. Mereka juga diharapkan bisa menjadi media transfer pengetahuan kebencanaan kepada lingkungan terdekatnya,” ujar dia.
Target program WEB GTS sendiri yakni seluruh sekolah-sekolah yang berada di wilayah rawan bencana di Kabupaten Pangandaran. Selain bencana tsunami, tim Pusdalops PB juga memberikan materi jenis bencana lainnya seperti Banjir, longsor dan kebakaran. “Materi mitigasi yang disampaikan disesuaikan dengan potensi bencana di daerahnya,” ujar Una.
Program WEB GTS mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Aas Hasanah, guru SDN 6 Pangandaran mengapresiasi kegiatan edukasi kebencanaan tersebut. “Kami sebagai guru tentu sangat terbantu, karena edukasi kebencanaan itu harus disampaikan terus menerus agar anak-anak ingat apa yang harus mereka lakukan saat menghadapi bencana, apalagi di wilayah rawan bencana seperti sekolah kami yang berada tidak jauh dari pantai,” ungkapnya.
Ia berharap, kegiatan tersebut dilaksanakan berkelanjutan sebagai upaya kesiapsiagaan dini.